Selasa, 20 Desember 2016

Pelaporan Buku Tugas Strategi Belajar Mengajar

Laporan Buku


Judul Buku: Strategi Belajar Mengajar
Pengarang : Dra. Roestiyah N.K
Penerbit : PT.RINEKA CIPTA, Jakarta
Terbit: Tahun 2008
Halaman : 169 Halaman
Cetakan : Ke-7 (Tujuh)

Nama                           : Rudiansyah
NPM                            : 145010046
Mata Kuliah                 : Strategi Belajar mengajar
Dosen Pembimbing      : Asep Hendarmawan
Jenis Tugas                  : Individu
Bentuk Tugas               : Membuat Laporan Buku




Strategi Belajar Mengajar

Strategi Belajar Mengajar merupakan suatu praktek dan konsep untuk pengembangan dan memajukan suatu proses belajar pembelajaran untuk mendukung efektivitas dan kuantitas serta kualitas mutu pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang berlaku dewasa ini. Adapun salah satu keharusan bagi setiap guru atau pendidik untuk dapat mengetahui dan mengimplementasikan serta menerapkan kepada peserta didik dalam konteks suatu proses pembelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik.
Proses pengkajian materi atau bahan pelajaran yang tepat sesuai dengan sasaran yaitu untuk meningkatkan hasil belajar yang efektif dan efisien. Hal ini berkenaan dengan kebutuhan penguasaan keterampilan bagi mahasiswa, guru, dan praktisi kependidikan lainnya. Sebagaimana yang terungkap dan tertuang dari sebuah Buku Strategi Belajar Mengajar yang salah satu unsur pelaksanaan strategi belajar mengajar berkaitan dengan teknik penyajiannya tersebut.
            Di dalam proses belajar –mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah terutama harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Untuk mendalami dan memahami tentang teknik penyajian pelajaran maka perlu dijelaskan arti dari teknik penyajian itu tersebut.
            Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Sebagaimana dalam penguraian buku ini terdapat bermacam-macam teknik penyajian dari yang “tradisional”,maupun modern dewasa ini.
            Dalam teknik penyajian seorang guru harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian, hal itu sangat perlu untuk penguasaan setiap teknik penyajian, agar ia mampu mengetahui, memahami dan terampil menggunakannya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
            Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai standar pemahaman setiap teknik penyajian adalah.
1.      Adanya pengertian apa yang dimaksud dengan teknik penyajian.
2.      Harus merumuskan tujuan-tujuan apa yang dapat dicapai dengan teknik penyajian yang digunakan itu.
3.      Bila teknik penyajian itu memiliki keunggulan dan kelemahan.
4.      Apakah teknik penyajian itu, apa dan bagaimana peranan guru /instruktur.
5.      Pelaksanaan teknik penyajian itu apa dan bagaimana peranan siswa.
6.      Harus menempuh langkah-langkah yang bagaimana,sehingga penggunaan teknik penyajian dengan tampil dan efektif, sehingga berhasil mencapai tujuan.
Berikut Macam-Macam Teknik penyajian sebagai berikut.

1.      Teknik Diskusi.
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Dalam diskusi terdapat proses interaksi dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar –menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Adapun jenis-jenis teknik diskusi ada beberapa macam yaitu;
a.       WHOLE-GROUP,
Merupakan suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 orang.
b.      BUZZ-GROUP,
Merupakan satu kelompok besar dibagi menjadi dua sampai delapan kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar.
c.       PANEL,
Merupakan satu kelompok kecil(antara tiga sampai enam) mendiskusikan suatu subyek tertentu, mereka duduk dalam susunan semi melingkar dihadapan pada satu kelompok besar peserta lainnya dan anggota kelompok besar ini dapat diundang untuk turut berpartisipasi. Yang duduk sebagai panelis ialah orang yang ahli dalam bidangnya.
d.      SYMPOSIUM,
Teknik ini menyerupai panel, hanya bersifat lebih formal dimana seorang anggota symposium harus menyiapkan prasarana menurut pandangannya sendiri terlebih dahulu. Adapun tujuan penggunaan teknik symposium ialah untuk merangsang daya pikir manusia dalam kelompok besar itu; agar mau turut berpartisipasi untuk memecahkan atau membahas sesuatu masalah dalam waktu yang relatif singkat.
e.       COLOGIUM.
Teknik ini adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang manusia sumber, yang berpendat,  menjawab pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak dalam bentuk pidato.
f.       INFORMAL-DEBATE.
Dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang.
g.       FISH BOWL.
Diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga manusia sumber pendapat, mereka duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan tiga kursi kosong menghadap kelompok.

2.      Kerja kelompok.
Kerja kelompok merupakan salah satu teknik belajar pembelajaran dalam memecahkan suatu permasalahan, dengan cara kerja sama yang membentuk suatu kerumunan atau kelompok yang terdiri dari minimal 5 (lima) dan 7 (tujuh) siswa/peserta didik yang dibagi-bagi dalam satu kelompok bagian dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran yang telah ditentukan pula oleh guru atau pendidik.
Adapun pengelompokan itu biasanya didasarkan pada.
a.       Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.
b.      Kemampuan belajar siswa.
c.       Minat khusus.
d.      Memperbesar partisipasi siswa.
e.       Pembagian tugas atau pekerjaan.
f.       Kerja sama yang efektif.

1.1 Tabel Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Teknik Kerja Kelompok.
Keuntungan Penggunaan Teknik Kerja Kelompok
Kelemahan Penggunaan Teknik Kerja Kelompok
Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.
Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
Strategi ini kadang menuntut kepada pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.

Siswa aktif dan berpartisipasi serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menghargai dan menghormati pendapat orang lain; hal mana mereka saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.


3.      Penemuan/Discovery.
Teknik penemuan atau Discovery menurut Sund Discovery adalah proses mental Dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental antara lain ialah; mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulandan sebagainya.

4.      Simulasi.
Dalam pembelajaran modern teknik ini telah banyak dilaksanakan; sehingga siswa bisa berperan seperti orang-orang atau dalam keadaan yang dikehendaki.

5.      Unit Teaching.
Sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah teknik ini memberi kesempatan siswa belajar secara aktif dan guru mengenal, menguasai cara belajar secara unit. Adapun pengajaran unit ini ada 3 pase;
a.       Pase perencanaan/permulaan.
b.      Pase pengerjaan unit.
c.       Pase kulminasi.

6.      Microteaching.
 Merupakan salah satu usaha perbaikan dalam bidang praktek kependidikan yaitu dalam cara dan hasil kerja kita sebagai guru, Dimana memerlukan pengetahuan, keterampilan serta sikap tertentu untuk menjadi guru Profesional yang berbeda dengan profesi lain, dengan jalan melaksanakan Micro Teaching.
Tujuan microteaching : mempersiapkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar sepenuhnya Dwimuka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional.
Penggunaan mikro Teaching : sesuai dengan tujuan Micro teaching tersebut, maka dapat digunakan dalam;
1.      Pendidikan Pre Service, yaitu bagi calon guru :
a.       Sebagai persiapan calon guru sebelum ia benar-benar berpraktek disekolah latihan dan didepan kelasnya.
b.      Sebagai usaha perbaikan penampilan calon guru sambil berpraktek disekolah latihan.
2.      Pendidikan In Service, yaitu bagi guru dan penilik:
a.       Untuk meningkatkan kemampuan guru yang sudah hampir menjadi routine, supaya menemukan kelemahan-kelemahan sendiri dan berusaha memperbaikinya.
b.      Untuk meningkatkan kemampuan supervisor supaya ia tahu, apakah bimbingannya, nasihatnya dan saran-sarannya benar-benar efektif dalam membantu peningkatan kualitas guru –gurunya.
c.       Untuk percobaan melaksanakan teknik-teknik baru, sebelum teknik itu dilaksanakan dalam kelas sebenarnya.

7.      Sumbang Saran/Brain Storming.
Bram storming atau sumbangan saran adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas seperti dengan melontarkan suatu maslah ke kelas oleh guru tersebut, kemudian siswa menjawab atau meyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi maslah baru atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.
Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk menguras habis apa yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi maslah yang dilontarkan guru ke kelas tersebut. Sebagaimana dalam proses pelaksanaan metode teknik penyajian ini, tugas guru ialah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa , sehingga mereka menanggapi dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa tersebut benar/salah dan juga tidak perlu disimpulkan sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, dan tidak perlu komentar atau evaluasi.

8.      Inquiry.
 Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas dan meneliti suatu masalah ke kelas, lalu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok , dan kemudian asing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, selanjutnya mereka mempelajari , meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok mendidiskusikan dan dibuat laporan yang tersusun baik.
 Akhirnya hari laporan kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas, dari sidang plenolah kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan. Dengan menggunakan teknik ini guru dapat sewaktu mengajar memiliki tujuan demikian agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecaha masalah itu.

9.      Eksperimen.
Dalam teknik penyajian ini yang dimaksud dengan eksperimen yaitu salah satu cara mengajar, Diana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan kekelas dan dievalusi oleh guru. Adapun tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar siswa  mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Di sini siswa dapat terlatih dalam berpikir yang ilmiah (Scientifiec thingking).

10.  Demonstrasi.
Teknik ini hampir sejenis dengan Eksperimen adalah demonstrasi.  Tetapi di sini siswa tidak melakukan percobaan; hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar Diana seorang instruktur /atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 1000 C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati; mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang ditunjukkan oleh guru tersebut.
Adapun penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan kompor untuk mendidihkan air, cara membuat sesuatu misalnya membuat kertas dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari suatu benda atau alat seperti sebagian tubuh manusia atau bagian dari mesin jahit.

11.  Karya Wisata.
Teknik ini kadang dalam proses mengajar belajar siswa perlu diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal ini tidak sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya, karena itu dikatan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari/ menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu; atau suatu bengkel mobil dan sebagainya.

12.  Teknik Penyajian kerja Lapangan.
Yang dimaksud dengan teknik penyajian kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat diluar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan Dja, tetapi langsung terjun turut aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja, agar siswa dapat mengjhayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.
Penggunaan teknik penyajian ini diharapkan agar siswa saat langsung menghayati sendiri dan berpartisipasi aktif dalam proses pekerjaan itu.

13.  Sosiodrama dan Bermain peranan/Roll-Playing.
Yang dimaksud dengan teknik sosiodrama ialah siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Atau dengan Roll-Playing Dimana siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial/psikologis itu. Karena itu kedua teknik ini hampir sama, maka dapat digunakan bergantian tidak ada salahnya.
Guru menggunakan kedua teknik ini dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami  perasaan orang lain, dapat tepa selir dan toleransi.

14.  Teknik penyajian Secara Kasus.
Yang dimaksud dengan teknik kasus ialah cara menyajikan pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang ditemui anak, digunakan sebagai bahan pelajaran kemudian kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar.
Teknis kasus ini digunakan ada baiknya karena :
                   Siswa dapat mengetahui dengan pengalaman yang sempurna tentang sesuatu gambaran yang nyata, yang betul-betul terjadi di dalam hidupnya, sehingga mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan lebih terperinci persoalannya.
                   Dengan megamati, memikirkan dan bertindak dalam menghadapi situasi tertentu, mereka lebih meyakini apa yang diamati, dan menemukan banyak cara untuk pengamatan, dan pencarian jalan keluar itu.
                   Waktu siswa meneliti proses dalam mengambil keputusan mengenai salah satu kasus, maka ia akan mendapatkan pengetahuan tentang dasar-dasar atau sebab-sebab yang melandasi timbulnya kasus tersebut.
                   Penggunaan teknik penyajian dengan kasus ini membantu siswa pula dalam mengembangkan daya intelektual dan keterampilan berkomunikasi secara lisan maupun secara tulisan.

15.  Teknik Penyajian Secara Sistem Regu/ Team Teaching.
Teknik penyajian secara sistem regu merupakan unit pelajaran yang tidak dapat ditangani oleh seorang guru dikelas. Maksudnya seorang guru akan menjelaskan tentang kerjanya proyektor, hal mana dia sendiri tidak dapat menguasai bagian-bagian proyektor, hal mana dia sendiri tidak dapat menguasai bagian-bagian proyektor itu; maka memerlukan bantuan tenaga teknis, agar bisa menjelaskan bagian-bagiannya. Dengan demikian terjadi sistem beregu.
Adapun sistem beregu ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu siswa agar lebih lancar terjadinya interaksi mengajar belajar secara kuantatif, juga meringankan guru sehingga bisa bertanggung jawab bersama terhadap pelajaran yang diberikannya, dan dapat saling membantu antar guru meningkatkan kerja sama, saling mengisi dan saling memikirkan bersama pengembangan mata pelajarannya.

16.  PPSI.
Sistem instruksional menunjukkan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem yaitu PPSI. Sistem instruksional menunjukkan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem  yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi,  yang terdiri atas sejumlah komponen yang berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.  Sebagai suatu sistem,  pengajaran mengandung sejumlah komponen,  antara lain : msteri pelajaran,  metode,  alat evaluasi,  yang kesemuanya itu berinteraksi satu sama lain di dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Pengertian sistem instruksional ini dapat diteruskan dalam ruang lingkup yang luas seperti sistem pengajaran dalam sekolah pembangunan,  tapi dapat pula dalam ruang lingkup yang lebih sempit misalnya sistem dalam pelajaran IPA di SD.

LANGKAH- LANGKAH POKOK DALAM MENGEMBANGKAN SISTEM INSTRUKSIONAL
          1.       Merumuskan tujuan- tujuan pengajaran (instruksional)  yang ingin dicapai
          2.       Mengembangkan alat evaluasi
          3.       Menetapkan kegiatan- kegiatan belajar yang perlu ditempuh
          4.       Merencanakan program kegiatan
          5.       Melaksanakan program

PENJELASAN TERURAI DARI MASING-MASING LANGKAH DALAM PROSEDUR PEMGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
1. Merumuskan tujuan-tujuan instruksional
1.    Merumuskan tujuan-tujuan instruksional
1.1 Pengertian
Tujuan (obyektive)  adalah suatu maksud yang dikmunikasikan melalui suatu pernyataan yang melukiskan perubahan yang diharapkan dalam diri murid-murid telah menyelesaikan suatu kegiatan belajar.
a)    Perbedaan antara tujuan instruksional dan proses mengajar.
b)   Bagaimana merumuskan kemampuan-kemampuan murid dalam tujuan instruksional.
c)    Kriteria dalam merumuskan tujuan instruksional
2.      Mengembangkan alat evaluasi
Setelah semua tujuan instruksional selesai dirumuskan,  maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat evaluasi untuk menilai/mengukur sampai dimana tujuan tersebut telah dicapai.
3.        Menetapkan kegiatan-kegiatan belajar yang perlu ditempuh murid-murid
a)    Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
b)   Menetapkan dari sekian kegiatan-kegiatan belajar tersebut tidak perlu ditempuh lagi oleh murid berhubungan mereka telah mengetahuinya.
c)    Menetapkan kegiatan belajar mana yang nantinya akan ditempuh murid.
4.        Merencanakan program kegiatan.
a)    Merumuskan materi pelajaran
b)   Metode yang digunakan
5.    menyusun jadwal.
6.    Melaksanakan program.
a)    Mengadakan Pre-test
b)   Menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid.
c)    Mengadakan Post Test(Evaluasi).
      2.      Mengadakan murid-murid
      3.      Menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid
      4.      Mengadakan Post-Test

17.  Latihan/Drill.
Ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,  agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Teknik mengajar latihan ini digunakan untuk tujuan agar siswa:
          1.       Memiliki keterampilan motorik/gerak
          2.       Mengembangkan kecakapan intelek
          3.      Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal ini,seperti hubungan sebab akibat banyak hujan – banjir antara tanda huruf dan bunyi – ng – ny dsb.
Untuk pelaksanakan teknik ini perlu diperhatikan pula kelemahan- kelemahannya seperti dalam latihan sering terjadi cara-cara/gerak yang tidak bisa berubah,  karena merupakan cara yang telah dilakukan. Hal itu sangat terasa bila latihan itu dilakukan bersama.
Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik fan tepat,  sehingga tidak boleh diubah,  juga menetap/ pasti,  yang akan merupakan kebiasaan yang kaku,  atau keterpilan yang salah.  Sehingga bila situasi berubah siswa itu sukar sekali menyesuaikan diri atau tidak bisa mengubah caranya latihan untuk mengatasi keadaan yang lain itu.

18.  Teknik penyajian dengan tanya jawab/dialog.
Yang dimaksud dengan teknik tanya jawab ialah suatu teknik untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya,  selama mendengarkan pelajaran,  atau guru yang mengajukan pertanyaan,  siswa menjawab.
 Teknik ini mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti atau mengingat tentang fakta yang dipelajari,  didengar ataupun dibaca,  sehingga mereka memilki pengertian yang mendalam tentang fakta itu.

19.  Teknik pemberian tugas dan Resitasi.
Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu ditingkatkan efektivitas dan efisiensinya. Dengan banyaknya Kegiatan pendidikan sekolah, dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa untuk mengatasi keadaan tersebut dan perlu memberikan tugas-tugas  diluar jam pelajaran. Dengan demikian perlunya pemberian tugas-tugas, sebagai salah satu selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah, tugas semacam itu dapat dikerjakan diluar jam pelajaran,dirumah maupun sebelum pulang, sehingga dapat dikerjakan bersama temannya.
Adapun teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih berintegritasi.
Dan disamping itu untuk memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa disekolah, dengan melalui kegiatan-kegiatan diluar sekolah.

20.  Teknik Ceramah.
Teknik ini merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Cara ini kadang-kadang membosankan, maka dalam pelaksanaanya memerlukan keterampilan tertentu, agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian murid. 
Teknik penyajian cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi ataupunuraian tentang suatu pokok persoalan serta maslah secara lisan. Biasanya teknik ceramah memiliki tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu.

21.  Teknik Penyajian dengan interaksi Massa.
Dalam teknik penyajian dengan interaksi massa terkadang-kadang untuk menyajikan suatu bahan pelajaran guru mempunyai variasi teknik penyajian, karena di dalam interaksi belajar mengajar perlu ditimbulkan interaksi edukatif dengan sekelompok siswa yang besar jumlahnya. Tentu dalam hal ini memerlukan teknik interaksi masa, seperti interaksi massa berbentuk Panel, Simposium, seminar, musyawarah kerja, forum dan sebagainya.

22.  Metode Mengajar dengan mempergunakan Komputer.
Perkembangan zaman ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan teknologi canggih yang mendukung manusia dalam upaya memudahkan tugasnya.  Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar perlu juga dikembangkan cara-cara mengajar yang baru pula. Diantaranya ialah mengajar dengan menggunakan komputer. Dengan adanya bantuan komputer dapat membantu dan diajarkan mencari informasi baru, menyeleksinya dan kemudian mengelolahnya sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan tersebut.
Berikut program yang dapat digunakan dalam mengajar ada tiga sebagai berikut.
a.       Tution,
b.      Simulation
c.       Data-Crunching

23.  Metode Mengajar Non-Directive.
Metode ini dikembangkan untuk membuat pendidikan menjadi suatu proses yang aktif bukan pasif. Cara mengajar ini dapat dilakukan agar para siswa mampu melakukan observasi mereka sendiri, mampu mengadakan analisis mereka sendiri , dan mempu berpikir sendiri. Mereka juga bukan hanya mampu menghafalkan atau meniruan pendapat orang lain juga merangsang para siswa agar berani dan mampu menyatakan dirinya sendiri dengan aktif, bukan hanya menjadi pendengar yang pasif terhadap segala sesuatu yang dikatakan guru.

24.  Metode Mengajar Berdasarkan Prinsip-Prinsip Interdisiplinaritas.
Metode ini dikembangkan berdasarkan kesadaran, bahwa maslah-masalah nyata yang dijumpai dalam kehidupan modern ini tidak dapat lagi diselesaikan dengan berdasarkan ajaran-ajaran yang diberikan oleh satu disiplin ilmu pengetahuan saja. Metode ini bila dilaksanakan haruslah dipimpin oleh seorang guru yang telah memiliki pengetahuan yang luas, sehingga betul-betul mampu memimpin siswa untuk memecahkan maslah dengan cara meninjau.
Sehingga permaslahan yang sangat kompleks dapat dilontarkan pada siswa untuk dapat di analisis dan pada tiap kelompok dapat mendiskusikan dari islah satu disiplin ilmu dan siswa dapat mengalami proses interdisiplinaritas dalam menghadapi kasus-kasus yang kompleks, agar tujuan siswa berkembang menjadi lebih luas , terintegritas dan tersusun secara logis serta untuk menghindari berpikir yang sempit dan kerdil.
Dari bermacam-macam teknik mengajar tersebut, Ada sebagian yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan untuk teknik penyajian tetapi ada juga yang menekankan pada hasil teknologi modern seperti televisi, radio kasset, video tape, film, head –proyektor, mesin belajar dan lain-lain; bahkan menggunakan pula bantuan satelit. Dan ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa terbatas; tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar