Selasa, 14 Maret 2017

Validitas,Realiabilitas,Normalitas


Lembar Kerja Tugas Mahasiswa

Perintah tugas
:
1.    Tuliskan dan sebutkan pengertian beserta kegunaan dan fungsi dari  validitas,reliabilitas ,dan Normalitas .


2.    Carilah rumus dari validitas,realiabilitasi,dan Normalitas.



Hasil Kerja Mahasiswa
:

1.      Apa itu validitas, Realibitas,dan Normalitas
A.     Validitas
1.    Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Sesuatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria( Arikunto 1999:65)
Adapun menurut pandangan  definisi pendapat para ahli mengenai validitas:
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. 
Menurut Walizer (1987) validitas adalah tingkaat kesesuaian antara suatu batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan.
Menurut Aritonang R. (2007) validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrument itu untuk mengukur atu mengungkap karakteristik dari variabel yang dimaksudkan untuk diukur. Instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sikap konsumen terhadap suatu iklan, misalnya, harus dapat menghasilkan skor sikap yang memang menunjukkan sikap konsumen terhadap iklan tersebut. Jadi jangan sampai hasil yang diperoleh adalah skor yang menunjukkan minat konsumen terhadap iklan itu.
Dan menurut  pendapat Ebel (dalam Nazirz 1988) yang membagi validitas menjadi berbagai jenis-jenis validitas :
1.      Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja. 
2.      Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
3.      Face Validity adalah validitas yang berhuubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
4.      Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
5.      Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
6.      Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bhwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusny diukur.
7.      Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerj seorang di msa mendatang.
8.      Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
9.      Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pungukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga didasarkan pada Content validity (Validitas isi). Conent validity (validitas isi) adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah “sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?” atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan. Berikut validitas isi menurut kerlinger (1990);
1.      Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan penampilan luar instrument itu disebut validitas tampang (face validity).
2.      Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan kerepresentativan butir-butir instrument disebut validitas penyampelan (sampling validity) atau kurikulum (curriculum validity).
3.      Validitas teoritis yang dianalisis dengan memperhatikan penganalisisannya lazim dilakukan tanpa didasarkan pada data empiris.
Adapun pendapat lain mengenai validitas isi yang membagi dua tipe, menurut Saifuddin Azwar validitas isi terbagi lagi menjadi dua tipe (Saifuddin Azwar), yaitu:
1.    Face Validity (Validitas Muka) adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan maka validitas muka telah terpenuhi.
2.    Logical Validity (Validitas Logis) disebut juga sebagai Validitas Sampling (Sampling Validity) adalah validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur.
10.  Construct validity (Validitas konstruk)
Construct validity (Validitas konstruk) adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. (Allen & Yen, dalam Azwar 1986). Pengujian validitas konstruk merupakan prosesyang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.
Menurut Saifuddin Azwar, validitas konstruk adalah seberapa besar derajat tes mengukur hipotesis yang dikehendaki untuk diukur. Konstruk adalah perangai yang tidak dapat diamati, yang menjelaskan perilaku. Menguji validitas konstruk mencakup uji hipotesis yang dideduksi dari suatu teori yang mengajukan konstruk tersebut. 
11.  Criterion-related validity (Validitas berdasar kriteria).
Validitas ini menghendaki tersedianya criteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksi oleh skor alat ukur. 
Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas (Saifuddinn Azwar), yaitu:
1.      Validitas Prediktif.
Validitas Prediktif sangat penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai predictor bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya. Menurut Saifuddin Azwar, validitas prediktif adalah seberapa besar derajat tes berhasil memprediksi kesuksesan seseorang pada situasi yang akan datang. Validitas prediktif ditentukan dengan mengungkapkan hubungan antara skor tes dengan hasil tes atau ukuran lain kesuksesan dalam satu situasi sasaran. 
2.      Validitas Konkuren.
Apabila skor alat ukur dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren.
3.    Kegunaan Validitas
Adapun kegunaan dari validitas antara lain;
1.      Untuk dapat mengukur dan menggambarkan tingkat kesahihan sesuatu yang ingin diuji (kesahihannya).
2.      Untuk mengukur antara skor dengan kinerja sesuatu ukuran yang berkenaan dengan kualitas yang diukur seperti mengukur dan mengevaluasi sesuatu kualitas dalam bentuk berupa seperti dalam bentuk aspek psikologis dengan konstruk dan pengukuran kinerja yang baik.
3.      Sebagai alat ukur dan korelasi antara alat ukur dengan Faktor –faktor kebersamaan dalam suatu kelompok/ukuran –ukuran prilaku lainnya dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
4.      Untuk membuat standar sesuatu nilai kriteria berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kriteria (kriteria tersebut bisa berupa ukuran bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran).
5.      Untuk memperoleh bukti standar kuantitatif dan objektif dari sesuatu penelitian
6.      Untuk mengetahui baik- buruknya sampling dari sesuatu populasi dalam suatu penelitian.
7.      Untuk sebagai alat ukur dengan pertimbangan (berkenaan) analisis rasional sejauh mana Item-item dalam pengukuran yang mencangkup keseluruhan untuk di uji isi objek yang akan hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan seperti dalam menentukan representasi dari keseluruhan kawasan objek dalam uji penelitian seperti dengan menggunakan uji validitas tampang, validitas penyampelan/kurikulum, dan validitas teoritis empiris.
4.    Fungsi Validitas
Adapun fungsi dari validitas antara lain;
1.      Sebagai predikator bagi kinerja dimasa yang akan datang (sebagai alat ukur perencanaan dan pertimbangan jangka panjang menengah maupun pendek dalam perkenaan perimbangan penelitian).
2.      Sebagai bentuk tes prediktif kesuksesan (keberhasilan) pada situasi yang akan datang.
3.      Dapat mengungkapkan hubungan antara skor tes dengan hasil tes / ukuran lain berkenaan dengan keberhasilan (kesuksesan) dalam satu situasi sasaran.
4.      Sebagai alat ukur dan skor kriteria dalam penggunaan waktu yang sama (berkenaan dengan korelasi antara kedua skor termaksud koefisien validitas konkuren).
B.  Reliabilitas
1.    Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda. Adapun menurut pandangan beberapa definisi pendapat para ahli mengenai pengertian Realiabilitas sebagai berikut;
Menurut Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.
Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test score are free from error measurement".
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes dikatakan reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105).
Menurut feldt & Brennan (1989:105) Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat statistik. Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah instrumen dapat dihitung melalui dua cara yaitu pertama kesalahan baku pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan (1989: 105)). Kedua statistik di atas memiliki keterbatasannya masing-masing atau Kesalahan pengukuran merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.
Dalam kerangka teori tes klasik, suatu tes dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila skor tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor murninya sendiri. Interpretasi lainnya adalah seberapa tinggi korelasi antara skor tampak pada dua tes yang pararel. (Saifuddin Azwar, 2006: 29). Adapun Reliabilitas menurut Ross E. Traub (1994: 38) yang disimbolkan oleh dapat didefinisikan sebagai rasio antara varian skor murni dan varian skor tampak .
Secara matematis teori di atas dapat ditulis : Reliabilitas alat ukur tidak dapat diketahui dengan pasti tetapi dapat diperkirakan. Dalam mengestimasi reliabilitas alat ukur, ada tiga cara yang sering digunakan yaitu (1) pendekatan tes ulang, (2) pendekatan dengan tes pararel dan (3) pendekatan satu kali pengukuran.
Pertanyaannya, apa itu pendekatan tes ulang ?
Pendekatan tes ulang merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subjek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang relatif sama. Estimasi dengan pendekatan tes ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi linear antara distribusi skor subyek pada pemberian tes pertama dengan skor subyek pada pemberian tes kedua. Pendekatan tes ulang sangat sesuai untuk mengukur keterampilan terutama keterampilan fisik. 
Jenis-jenis realiabilitas menurut Walizer (1987) yang menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:
1.      Relibilitas stabilitas yaitu Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda.
Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.
2.      Reliabilitas ekuivalen yaitu Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.
Untuk menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bisa menempuh beberapa bentuk. Pertama bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai. Apabila satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan.
Apabila dalam skor kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah. Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda.

Metode pengujian reliabilitas ada tiga teknik pengujian realibilitas instrument antara lain adalah
1.      Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)
Teknik paralel disebut juga tenik ”double test double trial”. Sejak awal peneliti harus sudah menyusun dua perangkat instrument yang parallel (ekuivalen), yaitu dua buah instrument yang disusun berdasarkan satu buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrument yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson).
2.      Teknik Ulang (Test Re-test)
Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan sebuah instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson. Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besat derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda. Metode ini sering digunakan secara umum karena pengujian reliabilitas stabilitas adalah metode pengujian tes-kembali (test-retest).
Metode test-retest menggunakan ukuran atau “test” yang sama untuk variable tertentu pada satu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat yang lain. Cara lain untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas, bila kita menggunakan survai, adalah memasukkan pertanyaan yang sama di dua bagian yang berbeda dari kuesioner atau wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MPPI) mengecek reliabilitas test-retest dalam satu kuesionernya dengan mengulang pertanyaan tertentu di bagian-bagian yang berbeda dari kuesioner yang panjang.
Kesulitan terbesar untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah membuat asumsi bahwa sifat/ variable yang akan diukur memang benar-benar bersifat stabil sepanjang waktu. Karena kemungkinan besar tidak ada ukuran yang andal dan sahih yang tersedia. Satu-satunya faktor yang dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah pengalaman, teori dan/atau putusdan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu ditantang dan sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan yang obyektif.
3.      Teknik Belah Dua (Split Halve Method)
Disebut juga tenik “single test single trial”. Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrument saja dan hanya di uji cobakan satu kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomor ganjil-genap, atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.  Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat. 
Beberapa uji realiabilitas dengan menggunakan Pendekatan-Pendekatan Estimasi Reliabilitas (Feldt & Brennan, 1989: 105).
Dari beberapa asumsi yang mendasari pemikiran mengenai reliabilitas, kemudian diturunkanlah beberapa pendekatan untuk mengestimasi reliabilitas.
1.      Pendekatan yang menggunakan Pendekatan Tes-Retes. Pendekatan ini mengestimasi reliabilitas tes dengan melakukan tes ulang, kemudian mengkorelasikan hasil tes pertama dengan hasil tes kedua. Hasil korelasi ini yang merupakan estimasi reliabilitasnya, sering juga disebut sebagai koefisien stabilitas atau keajegan. Jadi definisi reliabilitas =keajegan hanya berlaku untuk pendekatan ini. Tapi tentu saja karena tidak mungkin memenuhi persyaratan di atas, pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan seperti
a.       Hanya dapat diterapkan pada tes yang mengukur konstruk yang bersifat cenderung ajeg, misalnya kepribadian. 
b.      Estimasi reliabilitas akan dipengaruhi oleh adanya carry over effect. Maksudnya, jika jarak pengetesan pertama dan kedua sangat dekat, maka subyek akan cenderung mengingat jawaban yang diberikan pada pengetesan pertama. Ini membuat makin besarnya kemungkinan subyek akan memberikan jawaban pada pengetesan kedua yang cenderung sama dengan jawaban yang diberikan pada pengetesan pertama.Hal ini akan menyebabkan overestimasi reliabilitas, tes terkesan/ terlihat lebih reliabel daripada yang sebenarnya.
c.       Estimasi reliabilitas juga dipengaruhi adanya practice effect. Ini terjadi ketika subyek, dalam rentang waktu antara tes pertama dan kedua, belajar atau berlatih untuk meningkatkan kapasitasnya, ini terjadi khususnya dalam estimasi reliabilitas tes performansi maksimal seperti tes prestasi. Practice effect akan menyebabkan underestimasi reliabilitas, tes terkesan tidak ajeg karena adanya pembelajaran, sehingga hasil tes kedua akan cenderung lebih baik dari hasil tes pertama.
2.      Pendekatan yang menggunakan Pendekatan Tes Paralel, pendekatan ini mengestimasi reliabilitas dengan menggunakan dua tes paralel, dua tes yang mengukur hal /konstruk yang sama, kemudian mengkorelasikan hasil pengetesan dari tes pertama dengan hasil tes paralelnya. Koefisien korelasi yang didapatkan disebut juga koefisien ekuivalensi. Namun demikian pendekatan ini sangat jarang (kalaupun ada) dilakukan karena sulitnya menghasilkan dua tes yang benar-benar paralel. 
3.      Pendekatan yang menggunakan Pendekatan Konsistensi Internal, pendekatan ini mengestimasi reliabilitas dengan membelah tes menjadi beberapa bagian, lalu "mengkorelasikan" bagian-bagian tersebut. "Korelasi" di sini sebenarnya tidak benar-benar mengkorelasikan bagian-bagian secara harafiah, tapi menggunakan formula-formula yang dikembangkan untuk mengestimasi reliabilitasnya. Koefisien yang diperoleh dinamai juga koefisien konsistensi internal. Pendekatan inilah yang paling sering digunakan selama ini karena lebih praktis dan ekonomis. Meskipun demikian pendekatan ini tidak dapat mengestimasi error yang diakibatkan oleh keadaan temporer karena hanya dilakukan satu kali. Jadi pendekatan ini memang bukan "jawaban terhadap segala masalah" dalam hal mengestimasi reliabilitas.
3.      Kegunaan Reliabitas
Berdasarkan data di atas, kegunaan reliabilitas yaitu untuk mengukur
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. 
4.      Fungsi Reliabitas
Adapun fungsi dari reliabilitas adalah sebagai alat ukur pengukuran keajegan dengan cara melakukan pengukuran melalui cara ukur tes dengan tes ulang dan bertujuan untuk mengukur subjektif dan dapat memberikan skor yang mirip. Adapun fungsi lainnya adalah untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur pengukuran itu dipercaya dan diandalkan dengan cara pengukuran yang dipakai secara dua kali untuk dapat mengukur reliabel dengan kata lain yaitu untuk menunjukkan alat ukur pengukuran di dalam pengukuran gejala yang sama.
C.  Normalitas
1.    Pengertian Normalitas
Normalitas adalah suatu parametris yang bekerja berdasarkan asumsi bahwa data setiap variabel yang akan di analisis berdasarkan distribusi normal (kenormalan data harus diuji terlebih dahulu bila data tidak normal, maka statistik parametris tidak dapat digunakan, untuk itu perlu digunakan statistik nonprametris, namun perlu di ingat bahwa yang menyebabkan tidak normal itu apanya seperti ada kesalahan instrumen dan pengumpulan data yang diperoleh menjadi tidak akan normal, tetapi bila sekelompok data memang betul-betul sudah valid, tetapi distribusinya tidak membentuk distribusi normal, maka peneliti baru membuat keputusan untuk menggunakan teknik statistik nonparametris.
Pertanyaan:
Apa itu Kurve Normal ?
Kurve normal merupakan penggunaan statistik parametris,bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Contohnya ; bila data normal, maka teknik statistik parametris tidak dapat digunakan untuk analisis. Sebagai gantinya digunakan teknik statistik lain yang tidak harus berasumsi bahwa data berdistribusi normal. Teknik statistik itu adalah statistik nonparametris. Untuk sebelum peneliti akan menggunakan teknik statistik sebagai analisisnya, maka peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang dianalisis itu berdistribusi normal atau tidak. Suatu data yang membentuk distribusi normal bila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya. 
2.    Kegunaan Normalitas
Kegunaan Normalitas dalam penelitian adalah sebagai alat untuk menguji kenormalan data dengan cara melakukan analisis statistik parametrik dan untuk mengetahui bentuk distribusi data yang dapat digunakan untuk grafik distribusi dan analisis statistik serta untuk menentukan data –data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
3.    Fungsi Normalitas
Fungsi Normalitas adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio.
Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik nonparametrik




















2.      Berikut Rumus dari Validasi, Reliabitasi, dan Normalitas.
1.      Rumus Validitas
Berikut gambar skema konsep tentang instrumen dan cara –cara pengujian validitas dan reliabilitas.
 















Text Box: Stability                                                   
                                                   
Text Box: eksternal
 










Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur:
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi Product Moment  ada 2 :
1.      Korelasi Product moment  dengan Simpangan,
2.      Korelasi Product moment  dengan angka kasar
Rumus Pearson dengan Simpangan Rumus Pearson dengan Angka Kasar
Rumus Pearson dengan Angka Kasar

Rumus Pearson dengan Simpangan


 Persiapan Untuk Mencari Validitas Tes dengan Simpangan:
Tabel Validitas
Rumus Validitas Pearson



Dimasukkan ke rumus:
Rumus Validitas dengan Simpangan
 Persiapan Untuk Mencari Validitas Tes dengan angka kasar:
Tabel Validitas dengan Angka Kasar
Rumus Validitas Pearson Angka Kasar
Bila dilihat pada kedua hitungan diatas terdapat perbedaan 0,003 lebih besar pada simpangan ini wajar karena adanya pembulatan.
Koefisien Korelasi Dalam Uji Validitas
Koefisien Korelasi adalah sebagai berikut:
·         Antara 0,800 sampai dengan 1,00 =  sangat tinggi
·         Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
·         Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup
·         Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah
·         Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat rendah
Koefisien Korelasi Biserial
Apabila item memili skor 1 dan 0 saja, bisa menggunakan Koefisien Korelasi Biserial.
Responden No.3 memiliki skor total hanya 4, sedangkan No.2 dan No. 4 memiliki nilai yang sama yaitu 5.
Rumus:
Rumus Koefisien Korelasi Biserial
Keterangan :
γpbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
Proporsi Koefisien Korelasi Biserial
Tabel Koefisien Korelasi Biserial
Contoh Hitung Koefisien Korelasi Biserial
 Perhitungan Mp dari tiap butir soal 1 sd 10:
Perhitungan MP


Menghitung korelasi rpbi
Tabel perhitungan Koefisien Korelasi Biserial
Rumus Korelasional Point Biserial
Apabila variable I berupa data diskret murni atau data dikotomik, sedangkan variable II berupa data kontinyu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial dengan rumus:
Rumus :
rumus point biserial
Keterangan :
rpbi    = Koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan korelasi antara variable I dengan variable II, yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item.
Mp  = Skor rata-rata hitung yang dimiliki otel testee, yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt   = Skor rata-rata dari skor total.
SDt = Deviasi standar dari skor total.
p     = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya.
q     = Proporsi testee yang menjawab salah terhadap buitr item yang sedang diuji validitas itemnya.

2.      Rumusan Reliabitas
Berikut rumusan Reliabilitas.

A.     Rumus Alpha Cronbach

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.
Rumus Alpha Cronbach sevagai berikut :
spss7
Keterangan :
spss8
Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.




3.      Rumus Normalitas

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgof_ItdqPNegE9hktMdwUyukyDf7avG0ehkHwB81RDt3j6p0jTepJwREmgoITfj030OFoKt3MWTn7z56s3ijRO1qnz40JwyQWsxLLUeegDgRnKOezPuD9CZqKHvDQNvpKa4LT4cVTNn10/s320/histogram.gif
Prosedur pengujian parametrik umumnya mensyaratkan kenormalan dari sebaran data yang akan diuji. Hal ini terkait dengan fungsi penghubung (jika dalam permodelan) dan statistik uji yang digunakan dalam pengujian yang merupakan keluarga dari distribusi normal, seperti uji t-test, F-test dan chi-square.
Pada dasarnya uji normalitas adalah membandingkan antara data empiris (data yang kita miliki) dengan data teoritis (data distribusi normal) dan kategorinya merupakan jenis uji kesesuaian (Goodness of Fit). Banyak ahli statistik yang mencoba membuat pendekatan uji kesesuaian untuk menguji kenormalan data, salah satunya adalah Kolmogorov SmirnoV. Kolmogorov Smirnov dalam menguji kenormalan data digunakan prinsip membandingkan probabilitas kumulatif dari data empirik (Grafik kumulatif warna biru) dengan distribusi normal (Grafik kumulatif warna merah). Dikatakan data terdistribusi normal jika grafik kumulatif dari data berhimpit atau mendekati grafik kumulatif normalnya, untuk tahu tidaknya kedua grafik tersebut berhimpit maka digunakan pengujian yang dinamakan Uji Kolmogorov-Smirnov.
Uji Kolmogorov Smirnov adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. 
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data yang diuji bernilai normal.

1 komentar:

  1. Bisakah 400 responden menggunakan analisis smartpls lisensi profesional ?

    BalasHapus