Lembar Kerja Tugas
Mahasiswa
|
|||||||||
Perintah tugas
|
:
|
1. Tuliskan
dan sebutkan pengertian beserta kegunaan dan fungsi dari validitas,reliabilitas ,dan Normalitas .
|
|||||||
|
|
2. Carilah
rumus dari validitas,realiabilitasi,dan Normalitas.
|
|||||||
|
|
|
|||||||
Hasil Kerja Mahasiswa
|
:
|
|
|||||||
1. Apa
itu validitas, Realibitas,dan Normalitas
|
|||||||||
A.
Validitas
1. Pengertian
Validitas
Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Sesuatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai kriteria dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria( Arikunto 1999:65)
Adapun menurut
pandangan definisi pendapat para ahli
mengenai validitas:
Menurut Azwar
(1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya.
Menurut Walizer
(1987) validitas adalah tingkaat kesesuaian antara suatu batasan
konseptual yang diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan.
Menurut Aritonang
R. (2007) validitas suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan
instrument itu untuk mengukur atu mengungkap karakteristik dari variabel yang
dimaksudkan untuk diukur. Instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sikap
konsumen terhadap suatu iklan, misalnya, harus dapat menghasilkan skor sikap
yang memang menunjukkan sikap konsumen terhadap iklan tersebut. Jadi jangan
sampai hasil yang diperoleh adalah skor yang menunjukkan minat konsumen
terhadap iklan itu.
Dan menurut pendapat Ebel (dalam Nazirz 1988) yang
membagi validitas menjadi berbagai jenis-jenis validitas :
1. Concurrent
Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
kinerja.
2. Construct
Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa
yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu
konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
3. Face
Validity adalah validitas yang berhuubungan apa yang nampak dalam mengukur
sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
4. Factorial
Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan
faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku
lainnya, di mana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis
faktor.
5. Empirical
Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung
dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.
6. Intrinsic
Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba
untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bhwa suatu
alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusny diukur.
7. Predictive
Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu
alat ukur dengan kinerj seorang di msa mendatang.
8. Content
Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari
suatu populasi.
9. Curricular
Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pungukuran tersebut merupakan alat ukur
yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Sementara itu,
Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga didasarkan pada Content
validity (Validitas isi). Conent validity (validitas isi) adalah validitas
yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis
rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah
“sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi
objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?” atau berhubungan
dengan representasi dari keseluruhan kawasan. Berikut validitas isi menurut
kerlinger (1990);
1. Validitas yang dianalisis dengan
memperhatikan penampilan luar instrument itu disebut validitas tampang (face
validity).
2. Validitas yang dianalisis dengan
memperhatikan kerepresentativan butir-butir instrument disebut validitas
penyampelan (sampling validity) atau kurikulum (curriculum validity).
3. Validitas teoritis yang dianalisis dengan
memperhatikan penganalisisannya lazim dilakukan tanpa didasarkan pada data
empiris.
Adapun pendapat lain
mengenai validitas isi yang membagi dua tipe, menurut Saifuddin Azwar
validitas isi terbagi lagi menjadi dua tipe (Saifuddin Azwar), yaitu:
1. Face Validity (Validitas Muka) adalah
tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan
pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah
tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan maka validitas
muka telah terpenuhi.
2. Logical Validity (Validitas Logis)
disebut juga sebagai Validitas Sampling (Sampling Validity) adalah validitas
yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi dari
aspek yang hendak diukur.
10. Construct
validity (Validitas konstruk)
Construct validity
(Validitas konstruk) adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana alat
ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya.
(Allen & Yen, dalam Azwar 1986). Pengujian validitas konstruk merupakan
prosesyang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait
yang diukur.
Menurut Saifuddin Azwar,
validitas konstruk adalah seberapa besar derajat tes mengukur hipotesis yang
dikehendaki untuk diukur. Konstruk adalah perangai yang tidak dapat diamati,
yang menjelaskan perilaku. Menguji validitas konstruk mencakup uji hipotesis
yang dideduksi dari suatu teori yang mengajukan konstruk tersebut.
11. Criterion-related
validity (Validitas berdasar kriteria).
Validitas ini menghendaki
tersedianya criteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat
ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksi oleh skor
alat ukur.
Dilihat dari segi
waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan
dua macam validitas (Saifuddinn Azwar), yaitu:
1. Validitas
Prediktif.
Validitas Prediktif sangat
penting artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai predictor
bagi kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya
prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi
mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya. Menurut Saifuddin Azwar, validitas prediktif
adalah seberapa besar derajat tes berhasil memprediksi kesuksesan seseorang
pada situasi yang akan datang. Validitas prediktif ditentukan dengan
mengungkapkan hubungan antara skor tes dengan hasil tes atau ukuran lain
kesuksesan dalam satu situasi sasaran.
2. Validitas
Konkuren.
Apabila skor alat ukur dan
skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara
kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren.
3. Kegunaan
Validitas
Adapun kegunaan dari
validitas antara lain;
1. Untuk
dapat mengukur dan menggambarkan tingkat kesahihan sesuatu yang ingin diuji
(kesahihannya).
2. Untuk
mengukur antara skor dengan kinerja sesuatu ukuran yang berkenaan dengan
kualitas yang diukur seperti mengukur dan mengevaluasi sesuatu kualitas dalam
bentuk berupa seperti dalam bentuk aspek psikologis dengan konstruk dan
pengukuran kinerja yang baik.
3. Sebagai
alat ukur dan korelasi antara alat ukur dengan Faktor –faktor kebersamaan
dalam suatu kelompok/ukuran –ukuran prilaku lainnya dengan apa yang ingin
diramalkan oleh pengukuran.
4. Untuk
membuat standar sesuatu nilai kriteria berkenaan dengan hubungan antara skor
dengan kriteria (kriteria tersebut bisa berupa ukuran bebas dan langsung
dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran).
5. Untuk
memperoleh bukti standar kuantitatif dan objektif dari sesuatu penelitian
6. Untuk
mengetahui baik- buruknya sampling dari sesuatu populasi dalam suatu
penelitian.
7. Untuk
sebagai alat ukur dengan pertimbangan (berkenaan) analisis rasional sejauh
mana Item-item dalam pengukuran yang mencangkup keseluruhan untuk di uji isi
objek yang akan hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan seperti dalam
menentukan representasi dari keseluruhan kawasan objek dalam uji penelitian
seperti dengan menggunakan uji validitas tampang, validitas
penyampelan/kurikulum, dan validitas teoritis empiris.
4. Fungsi
Validitas
Adapun fungsi dari validitas antara lain;
1. Sebagai
predikator bagi kinerja dimasa yang akan datang (sebagai alat ukur
perencanaan dan pertimbangan jangka panjang menengah maupun pendek dalam
perkenaan perimbangan penelitian).
2. Sebagai
bentuk tes prediktif kesuksesan (keberhasilan) pada situasi yang akan datang.
3. Dapat
mengungkapkan hubungan antara skor tes dengan hasil tes / ukuran lain
berkenaan dengan keberhasilan (kesuksesan) dalam satu situasi sasaran.
4. Sebagai
alat ukur dan skor kriteria dalam penggunaan waktu yang sama (berkenaan
dengan korelasi antara kedua skor termaksud koefisien validitas konkuren).
B.
Reliabilitas
1. Pengertian
Reliabilitas
Reliabilitas, atau
keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang
lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip
(reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas.
Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi
belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian,
reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten
setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.
Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten
untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda. Adapun menurut pandangan
beberapa definisi pendapat para ahli mengenai pengertian Realiabilitas
sebagai berikut;
Menurut Walizer (1987) menyebutkan pengertian
Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.
Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily
(2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995: 21)
menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test score are free from error measurement".
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka
alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas
merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28)
reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut
dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki
tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes dikatakan
reliabel jika skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun
dilakukan pengukuran berulang-ulang.
Dengan demikian,
keandalan sebuah alat ukur dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan
baku pengukuran dan koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut
masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989:
105).
Menurut feldt &
Brennan (1989:105) Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai alat statistik. Berdasarkan sejarah, reliabilitas sebuah instrumen
dapat dihitung melalui dua cara yaitu pertama kesalahan baku pengukuran dan
koefisien reliabilitas (Feldt & Brennan (1989: 105)). Kedua statistik di
atas memiliki keterbatasannya masing-masing atau Kesalahan pengukuran
merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor sedangkan
koefisien reliabilitas merupakan kuantifikasi reliabilitas dengan merangkum
konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.
Dalam kerangka teori
tes klasik, suatu tes dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi
apabila skor tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor murninya
sendiri. Interpretasi lainnya adalah seberapa tinggi korelasi antara skor
tampak pada dua tes yang pararel. (Saifuddin Azwar, 2006: 29). Adapun
Reliabilitas menurut Ross E. Traub (1994: 38) yang disimbolkan oleh dapat
didefinisikan sebagai rasio antara varian skor murni dan varian skor tampak .
Secara matematis
teori di atas dapat ditulis : Reliabilitas alat ukur tidak dapat diketahui
dengan pasti tetapi dapat diperkirakan. Dalam mengestimasi reliabilitas alat
ukur, ada tiga cara yang sering digunakan yaitu (1) pendekatan tes ulang, (2)
pendekatan dengan tes pararel dan (3) pendekatan satu kali pengukuran.
Pertanyaannya, apa
itu pendekatan tes ulang ?
Pendekatan tes ulang
merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap sekelompok subjek
sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah bahwa
skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang
relatif sama. Estimasi dengan pendekatan tes ulang akan menghasilkan
koefisien stabilitas. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas melalui
pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
linear antara distribusi skor subyek pada pemberian tes pertama dengan skor
subyek pada pemberian tes kedua. Pendekatan tes ulang sangat sesuai untuk
mengukur keterampilan terutama keterampilan fisik.
Jenis-jenis
realiabilitas menurut Walizer (1987) yang menyebutkan bahwa ada dua cara umum
untuk mengukur reliabilitas, yaitu:
1. Relibilitas stabilitas yaitu
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang
atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini
menyangkut penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur
pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda.
Untuk dapat memperoleh
reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau
hampir sama.
2. Reliabilitas ekuivalen yaitu
Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang
berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi
dengan satu atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional,
paeralatan pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.
Untuk menguji reliabilitas
dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bisa menempuh
beberapa bentuk. Pertama bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah.
Cara ini seringkali dipakai dalam survai. Apabila satu rangkaian pertanyaan
yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka
pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu.
(Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.)
Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor
masing-masing bagian tersebut dibandingkan.
Apabila dalam skor kemudian
skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu
relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah. Reliabilitas ekivalen
dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda.
Metode pengujian
reliabilitas ada tiga teknik pengujian realibilitas instrument antara lain
adalah
1.
Teknik
Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)
Teknik paralel disebut juga
tenik ”double test double trial”. Sejak awal peneliti harus sudah menyusun
dua perangkat instrument yang parallel (ekuivalen), yaitu dua buah instrument
yang disusun berdasarkan satu buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari
instrument yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen
kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba
terlaksana, maka hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan
menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson).
2.
Teknik
Ulang (Test Re-test)
Disebut juga teknik ”single
test double trial”. Menggunakan sebuah instrument, namun dites dua kali.
Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui
besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan
yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson. Menurut
Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besat derajat skor
tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan menentukan hubungan
antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada
waktu yang berbeda. Metode ini sering digunakan secara umum karena
pengujian reliabilitas stabilitas adalah metode pengujian tes-kembali
(test-retest).
Metode test-retest menggunakan
ukuran atau “test” yang sama untuk variable tertentu pada satu saat
pengukuran yang diulang lagi pada saat yang lain. Cara lain untuk menunjukkan
reliabilitas stabilitas, bila kita menggunakan survai, adalah memasukkan
pertanyaan yang sama di dua bagian yang berbeda dari kuesioner atau
wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MPPI)
mengecek reliabilitas test-retest dalam satu kuesionernya dengan mengulang
pertanyaan tertentu di bagian-bagian yang berbeda dari kuesioner yang panjang.
Kesulitan terbesar untuk
menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah membuat asumsi bahwa sifat/
variable yang akan diukur memang benar-benar bersifat stabil sepanjang waktu.
Karena kemungkinan besar tidak ada ukuran yang andal dan sahih yang tersedia.
Satu-satunya faktor yang dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah pengalaman,
teori dan/atau putusdan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu
ditantang dan sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan
yang obyektif.
3.
Teknik
Belah Dua (Split Halve Method)
Disebut juga tenik “single
test single trial”. Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrument saja
dan hanya di uji cobakan satu kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu
dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama besar. Cara yang
diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomor
ganjil-genap, atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.
Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini diukur dengan menentukan hubungan
antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan kepada seluruh
kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas
hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk
mengoreksi koefisien yang didapat.
Beberapa uji
realiabilitas dengan menggunakan Pendekatan-Pendekatan Estimasi Reliabilitas
(Feldt & Brennan, 1989: 105).
Dari beberapa asumsi
yang mendasari pemikiran mengenai reliabilitas, kemudian diturunkanlah
beberapa pendekatan untuk mengestimasi reliabilitas.
1. Pendekatan
yang menggunakan Pendekatan Tes-Retes.
Pendekatan ini mengestimasi reliabilitas tes dengan melakukan tes ulang,
kemudian mengkorelasikan hasil tes pertama dengan hasil tes kedua. Hasil
korelasi ini yang merupakan estimasi reliabilitasnya, sering juga disebut
sebagai koefisien stabilitas atau keajegan. Jadi definisi reliabilitas
=keajegan hanya berlaku untuk pendekatan ini. Tapi tentu saja karena tidak
mungkin memenuhi persyaratan di atas, pendekatan ini memiliki beberapa
kelemahan seperti
a. Hanya
dapat diterapkan pada tes yang mengukur konstruk yang bersifat cenderung
ajeg, misalnya kepribadian.
b. Estimasi
reliabilitas akan dipengaruhi oleh adanya carry over effect. Maksudnya, jika
jarak pengetesan pertama dan kedua sangat dekat, maka subyek akan cenderung
mengingat jawaban yang diberikan pada pengetesan pertama. Ini membuat makin
besarnya kemungkinan subyek akan memberikan jawaban pada pengetesan kedua
yang cenderung sama dengan jawaban yang diberikan pada pengetesan pertama.Hal
ini akan menyebabkan overestimasi reliabilitas, tes terkesan/ terlihat lebih
reliabel daripada yang sebenarnya.
c. Estimasi
reliabilitas juga dipengaruhi adanya practice effect. Ini terjadi ketika
subyek, dalam rentang waktu antara tes pertama dan kedua, belajar atau
berlatih untuk meningkatkan kapasitasnya, ini terjadi khususnya dalam
estimasi reliabilitas tes performansi maksimal seperti tes prestasi. Practice
effect akan menyebabkan underestimasi reliabilitas, tes terkesan tidak ajeg
karena adanya pembelajaran, sehingga hasil tes kedua akan cenderung lebih
baik dari hasil tes pertama.
2. Pendekatan
yang menggunakan Pendekatan Tes Paralel,
pendekatan ini mengestimasi reliabilitas dengan menggunakan dua tes paralel,
dua tes yang mengukur hal /konstruk yang sama, kemudian mengkorelasikan hasil
pengetesan dari tes pertama dengan hasil tes paralelnya. Koefisien korelasi
yang didapatkan disebut juga koefisien ekuivalensi. Namun demikian pendekatan
ini sangat jarang (kalaupun ada) dilakukan karena sulitnya menghasilkan dua tes
yang benar-benar paralel.
3. Pendekatan
yang menggunakan Pendekatan Konsistensi
Internal, pendekatan ini mengestimasi reliabilitas dengan membelah tes
menjadi beberapa bagian, lalu "mengkorelasikan" bagian-bagian
tersebut. "Korelasi" di sini sebenarnya tidak benar-benar
mengkorelasikan bagian-bagian secara harafiah, tapi menggunakan
formula-formula yang dikembangkan untuk mengestimasi reliabilitasnya.
Koefisien yang diperoleh dinamai juga koefisien konsistensi internal.
Pendekatan inilah yang paling sering digunakan selama ini karena lebih
praktis dan ekonomis. Meskipun demikian pendekatan ini tidak dapat
mengestimasi error yang diakibatkan oleh keadaan temporer karena hanya
dilakukan satu kali. Jadi pendekatan ini memang bukan "jawaban terhadap
segala masalah" dalam hal mengestimasi reliabilitas.
3. Kegunaan
Reliabitas
Berdasarkan data di
atas, kegunaan reliabilitas yaitu untuk mengukur
Uji reliabilitas
berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat
digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan
menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen
mencirikan tingkat konsistensi.
4. Fungsi
Reliabitas
Adapun fungsi dari
reliabilitas adalah sebagai alat ukur pengukuran keajegan dengan cara melakukan
pengukuran melalui cara ukur tes dengan tes ulang dan bertujuan untuk
mengukur subjektif dan dapat memberikan skor yang mirip. Adapun fungsi
lainnya adalah untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur pengukuran itu
dipercaya dan diandalkan dengan cara pengukuran yang dipakai secara dua kali
untuk dapat mengukur reliabel dengan kata lain yaitu untuk menunjukkan alat
ukur pengukuran di dalam pengukuran gejala yang sama.
C.
Normalitas
1. Pengertian
Normalitas
Normalitas adalah suatu parametris yang bekerja berdasarkan asumsi
bahwa data setiap variabel yang akan di analisis berdasarkan distribusi
normal (kenormalan data harus diuji terlebih dahulu bila data tidak normal,
maka statistik parametris tidak dapat digunakan, untuk itu perlu digunakan
statistik nonprametris, namun perlu di ingat bahwa yang menyebabkan tidak
normal itu apanya seperti ada kesalahan instrumen dan pengumpulan data yang
diperoleh menjadi tidak akan normal, tetapi bila sekelompok data memang
betul-betul sudah valid, tetapi distribusinya tidak membentuk distribusi
normal, maka peneliti baru membuat keputusan untuk menggunakan teknik
statistik nonparametris.
Pertanyaan:
Apa itu Kurve Normal
?
Kurve normal merupakan penggunaan statistik parametris,bekerja
dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis
membentuk distribusi normal. Contohnya ; bila data normal, maka teknik
statistik parametris tidak dapat digunakan untuk analisis. Sebagai gantinya
digunakan teknik statistik lain yang tidak harus berasumsi bahwa data
berdistribusi normal. Teknik statistik itu adalah statistik nonparametris.
Untuk sebelum peneliti akan menggunakan teknik statistik sebagai analisisnya,
maka peneliti harus membuktikan terlebih dahulu, apakah data yang dianalisis
itu berdistribusi normal atau tidak. Suatu data yang membentuk distribusi
normal bila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian
juga simpangan bakunya.
2. Kegunaan
Normalitas
Kegunaan Normalitas dalam
penelitian adalah sebagai alat untuk menguji kenormalan data dengan cara
melakukan analisis statistik parametrik dan untuk mengetahui bentuk
distribusi data yang dapat digunakan untuk grafik distribusi dan analisis
statistik serta untuk menentukan data –data yang berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak.
3. Fungsi
Normalitas
Fungsi Normalitas adalah untuk
mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini
biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun
rasio.
Jika analisis menggunakan
metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data
berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal,
atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka
metode yang digunakan adalah statistik nonparametrik
|
|||||||||
2. Berikut
Rumus dari Validasi, Reliabitasi, dan Normalitas.
|
|||||||||
1.
Rumus
Validitas
Berikut gambar skema
konsep tentang instrumen dan cara –cara pengujian validitas dan reliabilitas.
Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur:
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik Korelasi Product Moment yang
dikemukakan oleh Pearson.
Rumus korelasi Product Moment ada 2 :
1.
Korelasi Product moment dengan
Simpangan,
2.
Korelasi Product moment
dengan angka kasar
Rumus Pearson dengan Simpangan Rumus Pearson dengan
Angka Kasar
Persiapan Untuk Mencari Validitas Tes dengan Simpangan:
Dimasukkan ke rumus:
Persiapan Untuk Mencari Validitas Tes dengan angka kasar:
Bila dilihat pada kedua hitungan diatas terdapat perbedaan 0,003 lebih
besar pada simpangan ini wajar karena adanya pembulatan.
Koefisien Korelasi Dalam Uji Validitas
Koefisien Korelasi adalah sebagai berikut:
·
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 =
sangat tinggi
·
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 =
tinggi
·
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 =
cukup
·
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 =
rendah
·
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 =
sangat rendah
Koefisien Korelasi
Biserial
Apabila item memili
skor 1 dan 0 saja, bisa menggunakan Koefisien Korelasi Biserial.
Responden No.3
memiliki skor total hanya 4, sedangkan No.2 dan No. 4 memiliki nilai yang
sama yaitu 5.
Rumus:
Keterangan :
γpbi = koefisien
korelasi biserial
Mp = rerata skor
dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt = rerata skor
total
St = standar deviasi
dari skor total
p = proporsi siswa
yang menjawab benar
Perhitungan Mp dari tiap butir soal 1 sd 10:
Menghitung korelasi rpbi
Rumus Korelasional Point Biserial
Apabila variable I berupa data diskret murni atau
data dikotomik, sedangkan variable II berupa data kontinyu, maka teknik
korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial
dengan rumus:
Rumus :
Keterangan :
rpbi = Koefisien korelasi point biserial yang
melambangkan kekuatan korelasi antara variable I dengan variable II, yang
dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item.
Mp
= Skor rata-rata hitung yang dimiliki otel testee, yang untuk butir
item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt = Skor
rata-rata dari skor total.
SDt = Deviasi standar dari skor total.
p =
Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
q =
Proporsi testee yang menjawab salah terhadap buitr item yang sedang diuji
validitas itemnya.
2.
Rumusan
Reliabitas
Berikut rumusan
Reliabilitas.
A.
Rumus
Alpha Cronbach
Tinggi rendahnya
reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai
koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx
mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah
cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian
reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen
penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.
Rumus Alpha Cronbach
sevagai berikut :
Keterangan :
Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient
reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel
dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada
pula yang memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara
0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas
moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah,
kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.
3.
Rumus
Normalitas
|
|||||||||
|
|||||||||
Prosedur pengujian
parametrik umumnya mensyaratkan kenormalan dari sebaran data yang akan diuji.
Hal ini terkait dengan fungsi penghubung (jika dalam permodelan) dan
statistik uji yang digunakan dalam pengujian yang merupakan keluarga dari
distribusi normal, seperti uji t-test, F-test dan chi-square.
Pada dasarnya uji normalitas
adalah membandingkan antara data empiris (data yang kita miliki) dengan data
teoritis (data distribusi normal) dan kategorinya merupakan jenis uji
kesesuaian (Goodness of Fit). Banyak ahli statistik yang mencoba membuat
pendekatan uji kesesuaian untuk menguji kenormalan data, salah satunya adalah
Kolmogorov SmirnoV. Kolmogorov Smirnov dalam menguji kenormalan data
digunakan prinsip membandingkan probabilitas kumulatif dari data empirik
(Grafik kumulatif warna biru) dengan distribusi normal (Grafik kumulatif
warna merah). Dikatakan data terdistribusi normal jika grafik kumulatif dari
data berhimpit atau mendekati grafik kumulatif normalnya, untuk tahu tidaknya
kedua grafik tersebut berhimpit maka digunakan pengujian yang dinamakan Uji
Kolmogorov-Smirnov.
Uji Kolmogorov Smirnov
adalah pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya
banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah
sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat
dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan
menggunakan grafik.
Konsep dasar dari uji
normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data
(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi
normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score
dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji
beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti
pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat
perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak
terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov
adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka
berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji
dengan data normal baku, artinya data yang diuji bernilai normal.
|
Selasa, 14 Maret 2017
Validitas,Realiabilitas,Normalitas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bisakah 400 responden menggunakan analisis smartpls lisensi profesional ?
BalasHapus